Foto: Tentara Israel serbu Rumah Sakit (RS) Al- Shifa, Gaza. (Tangkapan Laya Media Sosial)
Jakarta, CNBC Indonesia – Israel tak hanya melancarkan serangan ke rumah sakit (RS) di Gaza. Israel kini juga dilaporkan menyerbu RS di Jenin, Tepi Barat.
Dalam laporan terbaru Al-Jazeera Jumat (17/11/2023), 80 kendaraan militer Israel dilaporkan memenuhi kota Jenin. Tentara Zionis mengepung RS Ibnu Sina di kota itu.
Beberapa video dilaporkan memprihatinkan petugas medis di RS sedang dievakuasi. Mereka diberitahu oleh militer Israel untuk keluar dengan tangan terangkat.
Hal sama juga dilaporkan media Palestina, Wafa. Dikatakan bagaimana pasukan Israel mengepung rumah sakit dari semua sisi, menggeledah ambulans dan meminta melalui pengeras suara agar rumah sakit dievakuasi.
“Pasukan Israel menangkap dua paramedis dan memerintahkan RS Ibnu Sina di Jenin dievakuasi, ketika mereka melancarkan serangan terbaru di Tepi Barat yang diduduki,” muat kantor berita Palestina Wafa.
Sebelumnya pada malam hari, pasukan Israel menangkap sedikitnya tujuh orang di kota tersebut dan kamp pengungsi Jenin, dan menghancurkan jalan-jalan di daerah tersebut, kantor berita tersebut melaporkan.
Sejumlah orang juga dilaporkan terluka akibat tembakan dan serangan drone Israel, dan dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.
Di sisi lain, mengutip PBB, serangan udara besar-besaran, penembakan artileri dan pertempuran darat masih terus berlanjut selama 24 jam dari Rabu hingga Kamis sore.
Israel bahkan menyerang sebuah masjid saat warga sedang salat Isya di Sabra, Gaza, dan menewaskan 50 orang.
Kondisi Terkini RS Al-Shifa
Sementara itu, dalam update Al-Jazeera, dilaporkan tentara Israel masih menyerbu RS Al-Shifa. Pernyataan diberikan langsung Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (UNOCHA) dalam laporan situasi Gaza terbarunya, Jumat.
“Tentara Israel yang didukung oleh tank menyerbu RS al-Shifa untuk hari kedua berturut-turut pada hari Kamis, merusak departemen radiologi dan mengeluarkan beberapa mayat dari fasilitas medis,” ujar UNOCHA.
Israel meyakini RS Al-Shifa sebagai pangkalan militer dan pusat komando Hamas. Namun hingga kini belum ada bukti yang kuat.
Dalam awal penyerbuan Rabu, sanksi mata menyebut Israel menembak orang-orang dan menyerbu Unit Darurat (UGD). Pasien dan tenaga medis diinterogasi paksa, di mana ketakutan memenuhi ruangan.
Dilaporkan pula bagaimana Israel menahan dan secara brutal menyerang beberapa pria yang mengungsi di rumah sakit. Setidaknya dalam laporan Rabu malam, ada 200 orang ditangkap.
“Pasukan Israel menangkap orang-orang yang ditahan dalam keadaan telanjang dan mata tertutup. (Mereka) tidak membawa bantuan atau perbekalan apa pun, mereka hanya membawa teror dan kematian,” kata saksi mata itu.
Shutdown RS Indonesia
Di sisi lain, RS Indonesia di Gaza utara akhirnya berhenti beroperasi. Ini akibat kekurangan pasokan peralatan medis serta banyaknya pasien di tengah serangan Israel di wilayah tersebut.
Hal ini disampaikan Direktur Atef al-Kahlout. Rekaman dari Beit Lahiya di Jalur Gaza utara menunjukkan warga Palestina yang terluka berbaris di lorong-lorong fasilitas tersebut dan berbaring atau tengkurap di tengah genangan darah.
“Kami tidak dapat menawarkan layanan apapun lagi… kami tidak dapat menawarkan tempat tidur apapun kepada pasien,” kata al-Kahlout.
Meskipun RS tersebut memiliki kapasitas 140 pasien, al-Kahlout mengatakan sekitar 500 pasien saat ini berada di dalam rumah sakit. Dia mengatakan 45 pasien memerlukan “intervensi bedah segera” dan meminta ambulans untuk “tidak membawa lebih banyak orang yang terluka” ke fasilitas tersebut karena kurangnya kapasitas.
Dia mengatakan departemen rumah sakit “tidak dapat melaksanakan pekerjaan mereka”. Petugas kesehatan di rumah sakit menyebutkan kekurangan pasokan yang parah.
“Kami tidak memiliki tempat tidur,” kata seorang petugas kesehatan.
“Orang ini membutuhkan unit perawatan intensif… Dan pasien ini … kami tidak punya obat,” tambahnya.
“Kami menerima orang-orang yang terluka dari Wadi Gaza hingga Beit Hanoon. Beberapa telah berada di sini selama 10 hari.”
Direktur al-Kahlout pun menyebut semua rumah sakit di Kota Gaza dan wilayah utara telah berhenti beroperasi. RS Indonesia, yang terletak di dekat kamp pengungsi Jabalia telah menampung ratusan pengungsi yang mencari perlindungan di sana.