Jakarta – Bank asal Inggris Barclays tengah menyusun rencana penghematan operasional perusahaan hingga 1 miliar pounds atau setara dengan Rp 19,5 triliun (kurs Rp 19.500/dolar AS). Dalam rencana penghematan tersebut, perusahaan dikabarkan akan memangkas sekitar 1.500-2.000 karyawan.
Melansir dari Reuters, Jumat (24/11/2023), seorang pekerja yang mengetahui permasalahan ini mengaku pemangkasan dapat dilakukan perusahaan terutama di bagian back office (posisi-posisi yang tidak berhubungan langsung dengan pelanggan).
Dijelaskan PHK massal ini kemungkinan besar akan dilakukan di bagian Barclays Execution Services atau yang dikenal secara internal sebagai ‘BX’. Selain itu, pemangkasan kemungkinan besar juga akan menyasar divisi lain.
“Diskusi jumlah karyawan (yang diperlukan) BX sedang berlangsung dan Barclays kemungkinan akan memutuskan untuk memprioritaskan PHK di bidang lain,” kata sumber yang tidak disebutkan namanya itu.
Secara terpisah, sebelumnya CEO Barclays C.S. Venkatakrishnan pernah mengisyaratkan pihaknya akan melakukan pemangkasan akibat adanya penurunan pendapatan yang disertai peningkatan biaya operasional.
“Barclays sedang mengevaluasi tindakan biaya struktural yang material”, kata Venkat ketika melaporkan hasil kuartal ketiga yang mengecewakan pada bulan Oktober.
Perlu diketahui dalam kurun waktu 5 tahun terakhir jumlah staf BX memang telah mengalami peningkatan secara signifikan. Tentu dengan bertambahnya jumlah karyawan, perusahaan harus merogoh kantong lebih dalam untuk pembiayaan operasional
Tercatat jumlah karyawan BX berada di sekitar 22,300 pada akhir tahun 2022 lalu, naik dari sebelumnya yang berjumlah 20,000 pada akhir tahun 2017. Sedangkan biaya operasional tahunan di BX telah meningkat menjadi 2 miliar pound (Rp 39 triliun), dari sebelumnya 1,8 miliar pound (Rp 35,1 triliun).
Selain itu, sejak Venkat mengambil alih jabatan CEO perusahaan tengah bergulat dengan dampak dari kesalahan investasi yang sempat merugikan bank tersebut hingga ratusan juta dolar. Kemudian nilai saham Barclays juga tercatat terus mengalami penurunan hingga 26% sejak 1 November 2021 lalu.
Kondisi ini membuat rencana pemangkasan karyawan guna menghemat pengeluaran hingga Rp 19,5 triliun semakin mungkin untuk terjadi. Meski begitu saat dimintai keterangan resmi, juru bicara perbankan asal Inggris ini menolak untuk berkomentar. https://tawkapinew.com