Inflasi AS Mendingin, Minyak Anjlok 3%

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga minyak mentah dunia kompak dibuka lebih tinggi pada perdagangan pagi hari ini, setelah penurunan tajam pada perdagangan sebelumnya karena melemahnya permintaan dan kekhawatiran kelebihan pasokan.

Pada pembukaan perdagangan hari ini Rabu (13/12/2023), harga minyak mentah WTI dibuka menguat 0,17% di posisi US$68,73 per barel, begitu juga dengan harga minyak mentah brent dibuka lebih tinggi atau naik tipis 0,01% ke posisi US$73,25 per barel.

Pada perdagangan Selasa (12/12/2023), harga minyak mentah WTI ditutup anjlok 3,80% di posisi US$68,61 per barel, begitu juga dengan harga minyak mentah brent ditutup terjun bebas 3,67% ke posisi US$73,24 per barel.

Harga minyak turun lebih dari 3% pada perdagangan Selasa ke level terendah dalam enam bulan di tengah kekhawatiran kelebihan pasokan dan setelah data ekonomi AS menunjukkan penurunan pada indeks harga konsumen.

Indeks harga konsumen (CPI) tercatat 3,1% pada November, turun dibandingkan Oktober sebesar 3,2%, sejalan dengan ekspektasi para ekonom.

Dengan mendinginnya inflasi AS, akan membuat The Federal Reverse lebih dovish dalam menentukan arah suku bunga ke depan. Namun, angka CPI pada periode November masih jauh dari target inflasi AS yang berada di target 2%. Sehingga hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa The Fed dapat kembali menaikkan suku bunga jika inflasi tidak turun hingga mencapai target.

Suku bunga yang lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menunjukkan melemahnya permintaan minyak.

Permintaan yang lemah dan kekhawatiran bahwa kesepakatan OPEC+ untuk membatasi pasokan tidak akan cukup menyeimbangkan pasar dan membebani harga, tambahnya. OPEC+ setuju untuk membatasi pasokan sebesar 2,2 juta barel per hari pada kuartal pertama.

Investor sekarang menunggu hasil pertemuan The Federal Reserve pada hari Rabu. Bank sentral diperkirakan akan mempertahankan suku bunganya.

Badan Informasi Energi AS (EIA) menurunkan perkiraan harga minyak mentah Brent pada tahun 2024 sebesar US$10 per barel. Brent rata-rata akan bernilai US$83 per barel, menurut perkiraan pemerintah dalam laporan bulanannya, dibandingkan perkiraan yang diterbitkan bulan lalu sebesar US$93 per barel.

Namun, pemerintah memperkirakan pengurangan pasokan dari kesepakatan OPEC+ akan membantu mengangkat harga Brent pada semester pertama tahun 2024.

Sementara itu, produksi minyak mentah AS diperkirakan meningkat sebesar 1,02 juta barel per hari menjadi 12,93 juta barel per hari pada tahun 2023 dan sebesar 180.000 barel per hari menjadi 13,11 juta barel per hari pada 2024, menurut EIA. Produksi minyak mentah AS mencapai rekor tertinggi sepanjang masa sebesar 12,31 juta barel per hari pada tahun 2019.

Stok minyak mentah AS turun 2,3 juta barel dalam pekan yang berakhir 8 Desember, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute pada hari Selasa.

Selain itu, data stok pemerintah AS yang dirilis pada hari Rabu diperkirakan menunjukkan penurunan stok minyak mentah sebesar 1,5 juta barel.

Dalam perkembangan lain, di Timur Tengah, kelompok Houthi Yaman mengatakan mereka menyerang sebuah kapal tanker komersial Norwegia dalam protes terbaru mereka terhadap pemboman Israel di Gaza, sehingga meningkatkan risiko gangguan pasokan di wilayah tersebut.

Pada KTT iklim COP28, para perunding sedang menunggu rancangan kesepakatan baru setelah banyak negara mengkritik versi sebelumnya karena terlalu lemah. Kesepakatan tersebut tidak mencakup kesepakatan untuk menghapuskan bahan bakar fosil. https://tanyakanpada.com/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*